Mempercepat Aksi Iklim: Analisis Pasca-COP

5

KTT iklim COP baru-baru ini di Belem, Brasil, berakhir di tengah peristiwa cuaca ekstrem – hujan lebat dan banjir – dan protes yang meluas, sehingga menimbulkan pertanyaan kritis mengenai kecepatan dan efektivitas aksi iklim global. Meskipun kesepakatan telah tercapai, kesepakatan tersebut masih menimbulkan perpecahan, sehingga banyak orang tidak yakin apakah dunia dapat menghindari dampak paling parah dari pemanasan global.

KTT Belem: Hasil yang Beragam

Perundingan di COP menghasilkan kesepakatan, namun belum menyatukan pemangku kepentingan. Rincian kesepakatan tersebut masih menjadi perdebatan, dan berbagai negara menyatakan keprihatinan atas implementasi dan keadilannya. KTT ini dibayangi oleh kenyataan pahit dari perubahan iklim itu sendiri – banjir di Belem menjadi pengingat akan betapa mendesaknya hal ini.

Wawasan Pakar tentang Tindakan di Masa Depan

Untuk memahami implikasinya, para ahli iklim dimintai pendapat. Adil Najam, Profesor Hubungan Internasional dan Lingkungan di Pardee School, AS, dan David Victor, Profesor Inovasi dan Kebijakan Publik di Universitas California, AS, keduanya memberikan wawasan mengenai tantangan dan potensi jalur ke depan. Dr. Musonda Mumba, Sekretaris Jenderal Konvensi Lahan Basah, menyoroti peran penting solusi berbasis ekosistem.

Mengapa Ini Penting

Lambatnya kemajuan dalam negosiasi iklim sangat memprihatinkan mengingat semakin cepatnya laju degradasi lingkungan. Peristiwa cuaca ekstrem menjadi lebih sering dan intens, menjadikan upaya adaptasi dan mitigasi menjadi semakin penting. Kurangnya konsensus antar negara mengenai pengurangan emisi, pembiayaan bagi negara-negara rentan, dan transfer teknologi menghambat kemajuan yang berarti. Perkembangan yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa dunia mungkin gagal mencapai tujuan yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris, sehingga menyebabkan kerusakan permanen pada ekosistem dan masyarakat.

Bergerak Maju

Untuk mempercepat aksi iklim, diperlukan perubahan pendekatan yang mendasar. Ini termasuk:
Peningkatan ambisi dalam target pengurangan emisi dari semua negara besar.
Dukungan finansial yang lebih besar bagi negara-negara berkembang untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim dan transisi ke energi ramah lingkungan.
Percepatan penerapan teknologi energi terbarukan dan penghapusan bahan bakar fosil secara bertahap.
Memperkuat kerja sama internasional untuk memastikan implementasi kebijakan iklim yang efektif.

Dunia tidak bisa membiarkan penundaan lebih lanjut dalam mengatasi krisis iklim. Peristiwa di COP menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan tindakan tegas, bukan sekedar kemajuan bertahap. Kegagalan untuk bertindak sekarang akan mengakibatkan konsekuensi yang sangat buruk bagi generasi mendatang.