Planet Prasejarah: Zaman Es Menetapkan Standar Baru untuk Film Dokumenter Hewan Punah

25

Kolaborasi BBC Studios dan Apple TV+, Planet Prasejarah: Zaman Es, mewakili evolusi terbaru dalam film dokumenter satwa liar yang menampilkan spesies yang telah lama punah. Melanjutkan kesuksesan serial sebelumnya seperti Walking with Dinosaurs dan Prehistoric Planet, seri ini berfokus pada beragam megafauna di zaman es terakhir, menghadirkan visual yang mengaburkan batas antara rekonstruksi dan kenyataan.

Kesetiaan Visual yang Tak Tertandingi

Serial ini menonjol karena realismenya yang menakjubkan. Pergerakan hewan-hewan tersebut dan, khususnya, mata mereka tampak sangat hidup – sedemikian rupa sehingga membedakan makhluk-makhluk punah dari makhluk-makhluk modern memerlukan pengamatan yang cermat. Meskipun ada sedikit ketidaksempurnaan pada gerakannya, ahli paleontologi dan pengamat sama-sama memuji kualitas keseluruhannya, dan seorang pengamat menyatakan bahwa satu-satunya petunjuk adalah “seberapa bagus tampilannya”.

Selain Mammoth dan Kucing Bertaring tajam

Planet Prasejarah: Zaman Es menghindari fokus sempit pada spesies ikonik seperti mamut berbulu dan Smilodon. Sebaliknya, ia memberikan perspektif global, menampilkan makhluk-makhluk yang kurang dikenal dari berbagai wilayah. Program ini menyoroti dominasi mengejutkan spesies Afrika tertentu selama zaman es, bersama dengan megafauna Australia seperti singa berkantung (Thylacoleo ) – yang baru-baru ini dikaitkan secara genetik dengan koala modern – dan Diprotodon yang seukuran badak.

Akurasi dan Kelalaian Ilmiah

Serial ini menggabungkan temuan paleontologis terkini, seperti rekonstruksi terbaru dari serigala mengerikan yang melampaui penggambaran fantasi populer. Namun, segmen ilmiah singkat di bagian akhir membuat pemirsa menginginkan penjelasan lebih mendalam dari para ahli. Yang terpenting, program ini mengabaikan diskusi tentang peran karbon dioksida dalam memulai dan memperkuat siklus zaman es, meskipun penurunan CO2 menjadi pendorong utama terjadinya glasiasi di masa lalu. Kelalaian ini penting mengingat perdebatan iklim saat ini.

Pilihan Narasi dan Produksi

Peralihan ke Tom Hiddleston sebagai narator, menggantikan David Attenborough, terbukti agak mengganggu sebagian penonton. Serial ini juga menghindari penggambaran kekerasan secara gamblang, karena kemungkinan besar ditujukan untuk khalayak yang lebih luas. Terlepas dari pilihan-pilihan tersebut, produksi ini unggul dalam menghidupkan kembali hewan-hewan yang punah dengan detail yang belum pernah terjadi sebelumnya, memberikan argumen yang meyakinkan bahwa pemusnahan secara virtual adalah cara paling realistis untuk menghargai spesies yang hilang ini. Kepunahan hewan-hewan ini kini sudah final; Program ini berfungsi sebagai pengingat yang tajam akan sifat perubahan iklim di masa lalu yang tidak dapat diubah.